Kamis, 29 Maret 2012

PERHIASAN TERCANTIK

Kudapatkan predikat cantik dan cinta.
Tapi ternyata, semua hanya semu ...
Cantik itu hanya untuk manusia. Cinta itu cinta manusia.
Lenyap. Sekali lagi aku dalam kepayahan. Tak mungkin kubisa kembalikan semua.
          Kubuka salah satu sisi pintu lemari yang kira-kira tingginya dua meter. Di dalamnya terdapat sekat yang membagi menjadi empat bagian. Tepat di box pertama dan kedua kuletakkan pakaian-pakaianku. Box ketiga ada celana jeans dan sedikit rok. Dan yang paling bawah kuletakkan jilbab-jilbabku. Jilbab yang rencananya akan kuloakkan. Tapi kini, kuurungkan niat itu. Kelihatannya kejam memang. Tak ada yang salah dengan jilbab itu. Mereka masih layak untuk dipakai. Bahkan ada yang masih baru kubeli, belum kupakai sama sekali. Belum sempat, sampai detik ini.
          Kupilih jilbab yang warnanya sama dengan gamis yang kupakai. Gamis putih bermotif bunga-bunga merah muda, kupasangkan dengan jilbab segiempat berwarna merah muda pula. Tak perlu waktu yang lama untuk mengenakannya ternyata...
          Jilbab merah muda ini adalah pemberian Shakira. Teman satu sekolah saat kami masih sama-sama menjadi aktivis dakwah sekolah di SMA. Namun bedanya, setelah lulus, ia tetap istiqomah di jalan-Nya. Sampai sekarang. Sampai kami dipertemukan kembali di Kampus dan Fakultas yang sama namun berbeda Jurusan. Sedangkan aku, lepas dari penjagaan.
          Mataku terus menatap bayangan di cermin kamarku. Kain merah muda itu sekarang melindungi mahkota kepalaku. Kupandangi lekat-lekat wajahku. Kupandang wajah ini dengan pandangan mata sayu. Aku malu kepada diriku sendiri. Kepada orang lain. Terutama kepada Yang Mahakasih. Pikiranku melambung jauh. Memoriku memutar rekaman kejadian masa lalu. Kira-kira setahun yang lalu.
          Aku merasa, saat itu kupilih keputusan yang salah. Bodohnya aku menuruti kata-kata orang yang saat itu kucinta karena nafsu semata, yang sekarang meninggalkanku entah kemana. Aku dibujuk untuk melepaskan jilbabku karena katanya aku lebih cantik jika tak memakainya. Setelah itu, karena terlanjur basah, kuteruskan saja bermain air. Kulepas jilbabku hingga aku memasuki bangku kuliah.
          Lamunanku buyar ketika Ibu mengetuk pintu kamarku yang sedari tadi kututup. Segera aku bergegas ke Kampus yang kurang lebih memakan waktu duapuluh lima menit.
***
          “Cantik. Untuk apa cantik dihadapan manusia tapi tidak dihadapan Allah?”
          Kalimat itu terngiang dalam benakku, menyertai perjalananku menuju taman MIPA. Shakira yang mengatakannya ketika kami sedang berbincang bersama-sama selesai mengikuti kajian muslimah. Shakira tak pernah menanyakan mengapa aku begini, atau mengapa aku begitu. Yang aku tahu, ia tak pernah absen mengajakku mengikuti kajian kemuslimahan di manapun dan kapanpun. Awalnya aku tak berminat, tapi kemudian dengan senang hati kuterima ajakkannya. Perasaan itu lahir karena merasa tidak enak dengannya.
          Kakiku terhenti di depan Dekanat Fakultas MIPA karena melihat beberapa temanku. Aku menghampirinya lalu bersalaman lalu mengucapkan ‘Taqabalallahu minna waminkum’ pada mereka.
          Di awal semester tiga ini, tepatnya H plus empat setelah Idul Fitri, aku merasa menjadi mahasiswa baru dengan aku yang sekarang. Sudah berapa lama kutinggalkan jilbab ini seusai lulus SMA?? Kurasa... lebih baik seperti ini saja. Lebih baik kain ini menutupi mahkota kepalaku sampai menjulur ke dada.
          Kuedarkan pandanganku. Kulihat pagi ini taman penuh dengan kerumunan mahasiswa yang bergerombol menanti informasi kuliah hari pertama dari Komandan tingkatan masing-masing. Kulihat Shakira sedang duduk bersama teman-teman sekelasnya, warga kimia. Kuharap ia tak melihatku. Sejujurnya, aku benar-benar malu, karena selama kuliah bertemu dengannya tanpa mengenakan jilbab. Sedangkan ia semakin “rapi” dan tampak semakin anggun dengan jilbabnya.
          Tak sengaja aku melihat Shakira berlari ke arahku. Jantungku berdegup kencang. Kuharap Shakira tak menghampirku. Kuharap ia akan berlari ke lain tempat. Aku memalingkan wajah, berpura-pura tak melihatnya. Tapi sepertinya tebakanku salah. Ternyata ia sudah tepat berada di hadapanku sekarang.
Subhanallah!” kudengar ia betasbih. Aku tersenyum. Kulihat senyumnya mengembang. Wajahnya semakin teduh saja saat kupandang. Subhanallah... Ia menyalamiku, “Assalamualaikum, Allyn. Taqabalallahu minna waminkum,” ucapnya. Kujawab salamnya. Kutatap matanya. Ia berkaca-kaca. Tak kusangka, ia memelukku!! Awalnya aku risih. Tapi kemudian aku ikut larut dalam suasana ini. Kudengar ia berbisik di telingaku, “Selamat menjadi cantik di hadapan-Nya, ukhti... semoga selalu istiqomah...”

*Mekarlah dalam balutan iman,
Cantik dalam kesholehan,
Mulia dengan akhlaq yang indah,
Memukau dalam kepandaian,                           
Dan semoga selalu dalam naungan ridho dan rahmat-Nya...

*from Pucca Ayu ^^v

1 komentar:

  1. Semoga bisa langgeng pakai Jilbabnya...
    He he he he

    Zaenuri Achmad
    www.nurimadz.16mb.com

    *Jangan Lupa main ke Kantin Blogger Undip ya...!!! Ajak teman2 yg lain juga...

    BalasHapus